Benteng Otanaha merupakan objek wisata yang terletak di atas bukit di Kelurahan
Dembe I, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo. Benteng ini dibangun sekitar
tahun 1522. Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit, dan memiliki 4 buah
tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak sampai ke lokasi
benteng.
Sejarah pembangunan Benteng
Pada sekitar abad ke 15
daratan gorontalo diduga masih sebagian besar diliputi oleh air laut. Ketika
itu wilayah gorontalo sudah berbentuk kerajaan dibawah pimpinan raja ilato
(matolodulakiki) bersama permaisurinya tolangohula (1505-1585). Keturunan
mereka terdiri dari tiga orang anak, masing-masing, Ndoba (wanita), Tiliaya
(wanita), dan Naha (pria).
Sewaktu berusia remaja,
Naha pergi melanglang buana, sementara itu Ndoba dan Tiliaya tetap tinggal di
wilayah kerajaan. Suatu ketika sebuah kapal layar Portugis singgah di Pelabuhan
Gorontalo. Karena kehabisan bahan makanan, pengaruh cuaca buruk, dan gangguan
bajak laut. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para nahkoda Portugis untuk
bertemu dengan Raja Ilato yang merupakan penguasa Kerajaan Gorontalo.
Pertemuan tersebut
menghasilkan sebuah kesepakatan, bahwa untuk memperkuat pertahanan dan keamanan
negeri, akan dibangun atau didirikan tiga buah benteng di atas perbukitan
Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat yang sekarang ini, yakni pada tahun 1525.
Ternyata, para nakhoda
Portugis hanya memperalat Pasukan Ndoba dan Tiliaya ketika akan mengusir bajak
laut yang sering menggangu nelayan di pantai. Seluruh rakyat dan pasukan Ndoba
dan Tiliaya yang diperkuat para Apitalawo (kapten laut) masing-masing Apitalawo
Lakoro, Apitalawo Laguna, Apitalawo Lakandjo, dan Apitalawo Djailani, bangkit
dan mendesak bangsa Portugis untuk segera meninggalkan daratan Gorontalo. Para
nakhkoda Portugis langsung meninggalkan Pelabuhan Gorontalo.
Pada tahun 1585, Naha
kembali dari perantauan dan menemukan ketiga benteng. Ketika itu Naha
memperistri seorang wanita bernama Ohihiya. Dari pasangan suami istri ini
lahirlah dua orang putra yaitu Paha (Pahu), dan Limonu. Ketika terjadi perang
melawan Hemuto (pimpinan rombongan transmigrasi), melalui jalur utara. Naha dan
Pahu gugur melawan hemuto. Limonu menuntut balas atas kematian ayah dan
kakaknya, dan berhasil membunuh dalam sebuah peperangan.Selama dalam
peperangan, naha, ohihiya, pahu, dan limonu telah memanfaatkan ketiga benteng
tersebut sebagai pusat kekuatan pertahanan sehingga dengan latar belakang ini,
ketiga benteng ini diabadikan sebagai berikut.
2. Otahiya : Ota berarti benteng, dan Hiya akronim dari Ohihiya (isteri Naha). Jadi Otahihiya yaitu benteng milik Ohihiya.
3. Ulupahu : Ulu akronim dari kata Uwole (milik dari Pahu), dan Pahu, Pahu adalah putera Naha. Jadi Ulupahu berarti benteng milik Pahu (Paha) Putra Naha.
Terimakasih Atas Kunjungannya
Tidak ada komentar: